Laporan Pemeriksaan Logam-Logam Berat Timbal pada Kue Pukis
Mata Kuliah : Penyehatan Makanan dan Minuman
Dosen : Khiki Purnawati, S.ST., M.Kes
Pemeriksaan
Timbal (Pb)
Di
Susun Oleh :
ANDI DALA APRILLA PO714221151003
Tingkat : II / D.IV A
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2017
KATA PENGANTAR
Segala
puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmat-Nya maka saya dapat menyelesaikan sebuah makalah Penyehatan
Makanan dan Minuman.
Berikut
ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Pemeriksaan
Timbal (Pb)", yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi
kita untuk mempelajari Makanan dan Minuman. Melalui kata pengantar ini penulis
lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada
kekurangan dan ada tulisan yang penulis buat kurang tepat atau menyinggu
perasaan pembaca. Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa
terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat. Untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca agar dapat dijadikan penulis sebagai perbaikan dalam makalah
selanjutnya.
Makassar, 5 April 2017
ANDI DALA APRILLA
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR
ISI ................................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan
..................................................................................................... 3
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian timbal ..................................................................................... 4
B.
Sifat dan karekteristik timbal................................................................... 5
C.
Sumber pencemaran timbal...................................................................... 6
D.
Timbal di lingkungan ............................................................................. 8
E.
Pencemaran
timbal mencemari lingkungan.............................................. 9
F.
Metabolisme
timbal ................................................................................ 11
G.
Efek timbal
pada kesehatan..................................................................... 13
BAB
III METODE PRAKTIKUM
A.
Alat dan Bahan......................................................................................... 16
B.
Prosedur Kerja.......................................................................................... 16
BAB
IV HASIL DAN ANALISA HASIL
A.
Hasil ........................................................................................................ 17
B.
Analisa hasil............................................................................................. 17
BAB
V PENUTUP
A.
Kesimpulan ............................................................................................. 19
B.
Saran........................................................................................................ 19
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Udara adalah suatu
campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi
campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Kualitas dari udara yang telah
berubah komposisinya dari komposisi udara alamiahnya adalah udara yang sudah
tercemar sehingga tidak dapat menyangga kehidupan. Udara merupakan komponen
kehidupan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia maupun makhluk
hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Tanpa makan dan minum kita bisa hidup
untuk beberapa hari tetapi tanpa udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa
menit saja.
Pencemaran udara
adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi)
air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air udara menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Udara di alam
tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali. Pencemaran udara pada
suatu tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu atau lebih bahan
pencemar, baik berupa padatan, cairan, atau gas yang masuk terdispersi ke udara
dan kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya. Kecepatan penyebaran ini tentu
tergantung pada keadaan geografi dan metereologi setempat. Sebagian besar
pencemar udara (sekitar 75%) berasal gas buangan hasil pembakaran bahan bakar
fosil. Sumber polusi yang utama berasal dari kendaraan bermotor. Sumber-sumber
polusi lainnya misalnya pembakaran, proses industri, pembuangan limbah dan
lain-lain
Sumber pencemaran
timbal (Pb) terbesar berasal dari pembakaran bensin, dimana dihasilkan berbagai
komponen timbal (Pb), Timbal (Pb) dicampurkan ke dalam bensin sebagai anti
letup atau anti knock aditif dengan kadar sekitar 2,4 gram/gallon. Timbal (Pb)
yang digunakan untuk anti knock adalah tetraethyl timbal (C2H5)4.
Fungsi penambahan timbal (Pb) adalah dimaksudkan untuk meningkatkan bilangan
oktana. Timbal (Pb) adalah bahan yang dapat meracuni lingkungan dan mempunyai
dampak pada seluruh sistem di dalam tubuh. Timbal (Pb) dapat masuk ke tubuh
melalui inhalasi, makanan dan minuman serta absorbsi melalui kulit.
Menurut
Environment Project Agency, sekitar 25% Pb tetap berada dalam mesin dan 75%
lainnya akan mencemari udara sebagai asap knalpot. Emisi Pb dari gas buangan
tetap akan menimbulkan pencemaran udara dimanapun kendaraan itu berada,
tahapannya adalah sebagai berikut: sebanyak 10% akan mencemari lokasi dalam
radius kurang dari 100 m, 5% akan mencemari lokasi dalam radius 20 Km, dan 35%
lainnya terbawa atmosfer dalam jarak yang cukup jauh.
Logam Timbal (Pb)
sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan kesehatan dan merusak
lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari akan diserap, disimpan
dan kemudian ditampung dalam darah. Bentuk kimia Pb merupakan faktor penting
yang mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam tubuh. Komponen Pb organik misalnya
tetraethil Pb segara dapat terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit dan membran
mukosa. Pb organik diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan
pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh. Tidak semua Pb yang
terhisap atau tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal di dalam tubuh. Kira-kira
5-10 % dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran pencernaan,
dan kira-kira 30 % dari jumlah yang terisap melalui hidung akan diabsorbsi
melalui saluran pernafasan akan tinggal di dalam tubuh karena dipengaruhi oleh
ukuran partikel-partikelnya.
Spektrometri merupakan suatu metode
analisis kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan banyaknya radiasi yang
dihasilkan atau yang diserap oleh spesi atom atau molekul analit. Salah satu
bagian dari spektrometri ialah Spektrometri Serapan Atom (SSA), merupakan
metode analisis unsur secara kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan
penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam
keadaan bebas. Sejarah SSA berkaitan erat dengan observasi sinar matahari. Pada
tahun 1802 Wollaston menemukan garis hitam pada spektrum cahaya matahari yang
kemudian diselidiki lebih lanjut oleh Fraunhofer pada tahun 1820. Brewster
mengemukakan pandangan bahwa garis Fraunhofer ini diakibatkan oleh proses
absorpsi pada atmoser matahari. Prinsip absorpsi ini kemudian mendasari
Kirchhoff dan Bunsen untuk melakukan penelitian yang sistematis mengenai
spektrum dari logam alkali dan alkali tanah. Kemudian Planck mengemukakan hukum
kuantum dari absorpsi dan emisi suatu cahaya (Anonim, 2012).
Spektrofotometri Serapan Atom
didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral dalam keadaan
gas, untuk itu diperlukan kalor/panas. Alat ini umumnya digunakan untuk
analisis logam sedangkan untuk non logam jarang sekali, mengingat unsur non
logam dapat terionisasi dengan adanya kalor, sehingga setelah dipanaskan akan
sukar didapat unsur yang terionisasi. Pada metode ini larutan sampel diubah
menjadi bentuk aerosol didalam bagian pengkabutan (nebulizer) pada alat AAS
selanjutnya diubah ke dalam bentuk atom-atomnya berupa garis didalam nyala.
Spektrofotometer serapan atom
sebetulnya adalah metode umum untuk menentukan kadar unsur logam konsentrasi
renik. Keadaan bentuk contoh aslinya tidak penting asalkan contoh larut dalam
air atau dalam larutan bukan air (Anonim, 2012).
B.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian timbal
2.
Untuk mengetahui sifat dan karekteristik timbal
3.
Untuk mengetahui sumber pencemaran timbal
4.
Untuk mengetahui timbal di lingkungan
5.
Untuk mengetahui pencemaran timbal mencemari
lingkungan
6.
Untuk mengetahui metabolisme timbal
7.
Untuk mengetahui efek timbal pada kesehatan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pengertian Timbal (Pb)
Logam
merupakan kelompok toksikan yang unik. Logam dapat ditemukan dan menetap di
alam, tetapi bentuk kimianya dapat berubah akibat pengaruh fisika kimia,
biologis atau akibat aktivitas manusia. Toksisitasnya dapat berubah drastis
apabila bentuk kimianya berubah. Umumnya logam bermanfaat bagi manusia karena
pengggunaannya di bidang industri, pertanian atau kedokteran. Sebagian
merupakan unsur penting karena dibutuhkan dalam berbagai fungsi biokimia atau
faali. Dilain pihak, logam dapat berbahaya bagi kesehatan bila terdapat dalam
makanan, air atau udara (Darmono,2001).
Logam-logam
tertentu sangat berbahaya apabila ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi dalam
lingkungan, karena logam tersebut mempunyai sifat yang merusak jaringan tubuh
mahluk hidup, diantaranya logam Pb (timbal).
Logam
timbal telah dipergunakan oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu (sekitar
6400 SM) hal ini disebabkan logam timbal terdapat diberbagai belahan bumi,
selain itu timbal mudah di ekstraksi dan mudah dikelola. Unsur ini telah lama
diketahui dan disebutkan di kitab Exodus. Para alkemi mempercayai bahwa timbal
merupakan unsur tertua dan diasosiasikan dengan planet Saturnus. Timbal alami,
walau ada jarang ditemukan di bumi.
Timbal
atau yang kita kenal sehari-hari dengan timah hitam dan dalam bahasa ilmiahnya
dikenal dengan kata Plumbum dan
logam ini disimpulkan dengan timbal (Pb). Logam ini termasuk kedalam kelompok
logam-logam golongan IV–A pada tabel periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom
(NA) 82 dengan bobot atau berat (BA) 207,2 adalah suatu logam berat berwarna
kelabu kebiruan dan lunak dengan titik leleh 327°C dan titik didih 1.620°C.
Pada suhu 550-600°C. Timbal (Pb) menguap dan membentuk oksigen dalam udara
membentuk timbal oksida. Bentuk oksidasi yang paling umum adalah timbal (II).
Walaupun bersifat lunak dan lentur, timbal (Pb) sangat rapuh dan mengkerut pada
pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air panas dan air asam. Timbal (Pb)
dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat pekat.
B.
Sifat dan karekteristik Timbal
Beberapa sumber menyebutkan bahwa plumbum (Pb) adalah logam
lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat, memiliki titik lebur rendah, mudah
dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk
melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Pb dicampur dengan logam lain akan
terbentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya. Pb adalah
logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat serta mudah dimurnikan dari
pertambangan. Pb meleleh pada suhu 3280C (6620F), titik didih 1.7400C
(3.1640F), bentuk sulfid dan memiliki gravitasi 11,34 dengan berat atom 207,20.
Timbal (Pb) termasuk ke dalam logam golongan IV-A pada tabel periodik unsur
kimia, mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat atom (BA) 207,2.
Timbal termasuk logam berat ”trace metals” karena mempunyai berat jenis lebih
dari lima kali berat jenis air. Bentuk kimia senyawa Pb yang masuk ke dalam
tubuh melalui makanan akan mengendap pada jaringan tubuh, dan sisanya akan
terbuang bersama bahan sisa metabolisme.
Menurut Palar (2004), logam timbal (Pb)
mempunyai sifat-sifat yang khusus seperti berikut :
1. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan
menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
2. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau
karat, sehingga logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating.
3. Mempunyai titik lebur rendah hanya 327,5°C.
4. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan
logam-logam, kecuali emas dan merkuri.
C.
Sumber pencemaran timbal
1.
Sumber
Alami
Kadar timbal (Pb) yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan
sekitar 13 mg/kg. Khusus timbal (Pb) yang tercampur dengan batu fosfat dan
terdapat di dalam batu pasir (sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100
mg/kg. Timbal (Pb) yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5-25 mg/kg dan di
air bawah tanah (ground water) berkisar antara 1-60 μg/liter. Secara
alami timbal (Pb) juga ditemukan di air permukaan. Kadar timbal (Pb) pada air
telaga dan air sungai adalah sebesar 1-10 μg/liter. Dalam air laut kadar timbal
(Pb) lebih rendah dari dalam air tawar. Laut Bermuda yang dikatakan terbebas
dari pencemaran mengandung Pb sekitar 0,07 μg/liter. Kandungan Pb dalam air
danau dan sungai di USA berkisar antara 1-10 μg/liter. Secara alami Pb juga
ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001 - 0,001 μg/m3.
Tumbuh-tumbuhan termasuk sayur-mayur dan padi-padian dapat mengandung Pb,
penelitian yang dilakukan di USA kadarnya berkisar antara 0,1 -1,0 μg/kg berat
kering. Logam berat Pb yang berasal dari tambang dapat berubah menjadi PbS
(golena), PbCO3 (cerusite) dan PbSO4 (anglesite) dan
ternyata golena merupakan sumber utama Pb yang berasal dari tambang.
Logam berat Pb yang berasal dari tambang tersebut bercampur dengan Zn (seng)
dengan kontribusi 70%, kandungan Pb murni sekitar 20% dan sisanya 10% terdiri
dari campuran seng dan tembaga.
2. Sumber dari Industri
Industri yang perpotensi sebagai
sumber pencemaran timbal (Pb) adalah semua industri yang memakai Timbal (Pb)
sebagai bahan baku maupun bahan penolong, misalnya:
a) Industri pengecoran maupun pemurnian. Industri ini
menghasilkan timbal konsentrat (primary lead), maupun secondary lead yang berasal dari potongan logam (scrap).
b) Industri baterai. Industri ini banyak menggunakan logam
timbal (Pb) terutama lead antimony alloy dan lead oxides sebagai bahan
dasarnya.
c) Industri bahan bakar. Timbal (Pb) berupa tetra ethyl lead dan
tetra methyl lead banyak dipakai sebagai anti knock pada bahan bakar, sehingga
baik industri maupun bahan bakar yang dihasilkan merupakan sumber pencemaran
timbal (Pb).
d) Industri kabel. Industri kabel memerlukan timbal (Pb) untuk
melapisi kabel. Saat ini pemakaian timbal (Pb) di industri kabel mulai
berkurang, walaupun masih digunakan campuran logam Cd, Fe, Cr, Au dan arsenik
yang juga membahayakan untuk kehidupan makluk hidup.
e) Industri kimia, yang menggunakan bahan pewarna. Pada industri
ini seringkali dipakai timbal (Pb) karena toksisitasnya relatif lebih rendah
jika dibandingkan dengan logam pigmen yang lain. Sebagai pewarna merah pada cat
biasanya dipakai red
lead, sedangkan untuk warna kuning
dipakai lead chromate (Sudarmaji, dkk, 2006).
3. Sumber dari Transportasi
Timbal, atau Tetra
Etil Lead (TEL) yang banyak pada bahan bakar terutama bensin, diketahui bisa
menjadi racun yang merusak sistem pernapasan, sistem saraf, serta meracuni darah. Penggunaan timbal (Pb) dalam bahan bakar semula adalah untuk meningkatkan
oktan bahan bakar. Penambahan kandungan timbal (Pb) dalam bahan bakar,
dilakukan sejak sekitar tahun 1920-an oleh kalangan kilang minyak. Tetra Etil
Lead (TEL), selain meningkatkan oktan, juga dipercaya berfungsi sebagai pelumas
dudukan katup mobil (produksi di bawah tahun 90- an), sehingga katup terjaga
dari keausan, lebih awet, dan tahan lama. Penggunaan timbal (Pb) dalam bensin
lebih disebabkan oleh keyakinan bahwa tingkat sensitivitas timbal (Pb) tinggi dalam menaikkan angka oktan. Setiap 0,1 gram timbal (Pb) perliter bensin,
menurut ahli tersebut mampu menaikkan angka oktan 1,5 sampai 2 satuan. Selain
itu, harga timbal (Pb) relatif murah untuk meningkatkan satu oktan dibandingkan
dengan senyawa lainnya (Santi, 2001).
Hasil pembakaran
dari bahan tambahan (aditive) timbal (Pb) pada bahan bakar kendaraan bermotor menghasilkan emisi timbal (Pb) in organik. Logam berat timbal (Pb)
yang bercampur dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan oli dan
melalui proses di dalam mesin maka logam berat timbal (Pb) akan keluar dari
knalpot bersama dengan gas buang lainnya (Sudarmaji, dkk, 2006).
D.
Timbal di lingkungan
Sebagai sumber timbal (Pb) di lingkungan hidup kita adalah
(Mukono, 2002):
1.
Udara
Timbal (Pb) di udara dapat berbentuk gas dan partikel. Dalam keadaan alamiah menurut studi patterson (1965), kadar timah hitam di udara sebesar 0,0006 mikrogram/m3, sedangkan di daerah tanpa penghuni dipegununan California (USA), menunjukkan kadar timah hitam (Pb) sebesar 0,008 mikrogram/m3. Baku mutu di udara adalah 0,025 – 0,04 gr/Nm3.
Timbal (Pb) di udara dapat berbentuk gas dan partikel. Dalam keadaan alamiah menurut studi patterson (1965), kadar timah hitam di udara sebesar 0,0006 mikrogram/m3, sedangkan di daerah tanpa penghuni dipegununan California (USA), menunjukkan kadar timah hitam (Pb) sebesar 0,008 mikrogram/m3. Baku mutu di udara adalah 0,025 – 0,04 gr/Nm3.
2.
Air
Analisis air bawah tanah
menunjukkan kadar timah hitam (Pb) sebesar antara 1–60 mikrogram/liter,
sedangkan analisis air permukaan terutama pada sungai dan danau menunjukkan
angka antara 1–10 mikrogram/liter. Kadar timah hitam pada air laut kadarnya
lebih rendah dari yang terdapat di air tawar. Di pantai Californa (USA) kadar
timah hitam (Pb) menunjukkan kadar antara 0,08 – 0,04 mikrogram/liter. Timbal
(Pb) yang larut dalam air adalah Timbal asetat (Pb(C2H3O2)2), timbal klorat Pb(CLO3)2,
timbal nitrat Pb (NO3)2, timbal stearat Pb (C18H35O2)2. Baku mutu (WHO) timbal
(Pb) dalam air 0,1 mg/liter dan KLH No 02 tahun 1988 yaitu 0,05 – 1 mg/liter.
3.
Tanah
Rata-rata timbal (Pb) yang terdapat dipermukaan tanah adalah sebesar 5–25 mg/kg.
Rata-rata timbal (Pb) yang terdapat dipermukaan tanah adalah sebesar 5–25 mg/kg.
4.
Batuan
Bumi kita mengandung timbal (Pb)
sekitar 13 mg/kg. Menurut study
Weaepohl (1961), dinyatakan bahwa
kadar timbal (Pb) pada batuan sekitar 10 – 20 mg/kg.
5.
Tumbuhan
Secara alamiah tumbuhan dapat
mengandung timbal (Pb). Menurut Warren dan Delavault (1962), Kadar timbal (Pb)
pada dedaunan adalah 2,5 mg/kg berat daun kering.
6.
Makanan
Kadar timbal (Pb) pada makanan
dapat bertambah dalam prosesprocecing, kandungan timbal (Pb) yang tinggi ditemukan pada beras,
gandum, kentang dan lain-lain. Asupan yang diizinkan yaitu 50 mikrogram/kg BB
(dewasa) dan 25 mikrogram/kg BB (anak-anak).
E.
Pencemaran Timbal mencemari lingkungan
Meningkatnya konsentrasi Pb di udara dapat berasal dari hasil
pembakaran bahan bakar bensin dalam berbagai senyawa Pb terutama PbBrCl dan
PbBrCl.2PbO. Senyawa Pb halogen terbentuk selama pembakaran bensin, karena
dalam bensin yang sering ditambahkan cairan anti letupan (anti ketok) yang
terdiri dari 62% TEL, 18% etildiklorida dan 2% bahan-bahan lainnya. Senyawa
yang berperan sebagai zat anti ketok adalah timbal oksida.
Timbal oksida ini terdapat dakam
partikel-partikel yang tersebar dala ruang bakar bensin . Senyawa Pb sukar
larut dalam air tetapi mudah larut dalam minyak atau lemak (Fardiaz, 1992).
Tujuan penambahan bahan tersebut untuk mendapatkan tingkat oktan yang lebih
tinggi, agar pemakaian bahan bakar bensin lebih ekonomis. Pada proses
pembakaran mesin, senyawa ini dilepaskan dalam bentuk partikel melalui asap gas
buang kendaraan bermotor ke udara, dimana sebagian besar mengandung partikel Pb
berdiameter dibawah 1 mikron. Besarnya ukuran partikel tersebut merupakan batas
ukuran partikel yang dapat diserap melalui pernafasan.
Pada proses pembakaran mesin yang
menggunakan bahan bakar bensin, dihasilkan gugus radikal bebas yang dapat
menyebabkan letupan pada mesin, sehingga mengakibatkan menurunnya efisiensi
mesin. Untuk mengatasi hal tersebut ditambahkan bahan berupa TEL atau TML.
Tujuannya adalah untuk mengikat radikal bebas yang terbentuk selama proses
pembakaran.
Bahan tersebut akan bereaksi dengan gugus
radikal bebas, dan menghalangi terjadinya reaksi pembentukan PbO. Pb dalam
bensin akan bereaksi dengan oksigen dan bahan-bahan pengikat, selanjutnya
dikeluarkan melalui system pembuangan dalam bentuk partikel. Partikel yang
mengandung Pb akan diemisikan ke dalam lingkungan, sehingga menyebabkan
terjadinya pencemaran udara oleh Pb (Kumar, De, 1979).
Melalui buangan mesin kendaraan
tersebut unsur Pb terlepas ke udara. Sebagian di antaranya akan membentuk
partikulat di udara bebas dengan unsur–unsur lain, sedangkan sebagian lainnya
akan menempel dan diserap oleh daun tumbuh – tumbuhan yang ada di sepanjang
jalan.
Timbal yang terdapat dalam makanan yang
diduga berasal dari pencemaran udara dilakukan penelitian beberapa sampel
makanan yang diambil dari pasar di suatu kota. Kadar Pb dalam Beracun Berbahaya
(B3) yang di dalamnya terdapat logam – logam berat, salah satunya adalah Pb.
Akumulasi logam dalam tanaman tidak hanya tergantung pada kandungan logam dalam
tanah, tetapi juga tergantung pada unsur kimia tanah, jenis logam, pH tanah,
dan spesies tanaman (Darmono dalam Charlena, 2004).
Timbal sebagian besar diakumulasi oleh
organ tanaman, yaitu daun, batang, akar, dan akar umbi-umbian (bawang merah).
Akumulasi tertinggi Pb dalam akar dibuktikan oleh Kohar (2005) melalui studi
kandungan Pb dalam tanaman kangkung. Pada tanaman kangkung yang berumur 6
minggu, Pb terdapat dalam akar sebanyak 3.36 mg/kg sampel dan di bagian lain
dari tanaman terdapat kandungan Pb sebesar 2.09 mg/kg sampel. Sedangkan pada
tanaman kangkung yang berumur 3 minggu, kandungan Pb nya dalam akar adalah 1.86
mg/kg sampel dalam bagian lain dari tanaman sebesar 1.13 mg/kg. Hasil ini
menunjukkan bahwa pajanan Pb pada tanaman kangkung lebih banyak terdapat pada
bagian akar. Selain itu, kandungan Pb dalam tanaman kangkung yang berumur 3
minggu baik di akar maupun di bagian lain tidak melebihi ambang batas yang
ditetapkan 2 mg/kg, sehingga dianjurkan untuk memanen kangkung pada umur tidak
lebih dari 3 minggu.
Perpindahan Pb dari tanah ke tanaman
tergantung komposisi dan pH tanah, serta KTK (Kemampuan Tukar Kation). Tanaman
dapat menyerap logam Pb pada saat kondisi kesuburan tanah, kandungan bahan
organik, serta KTK tanah rendah. Pada Keadaan ini logam berat Pb akan terlepas
dari ikatan tanah dan berupa ion yang bergerak bebas pada larutan tanah. Jika
logam lain tidak mampu menghambat keberadaannya, maka akan terjadi serapan Pb
oleh akar tanaman. Menurut Supardi dalam Charlena (2004), timbal tidak akan
larut ke dalam tanah jika tanah tidak terlalu masam. Tingginya tingkat keasaman
dapat diatasi dengan pengapuran. Pengapuran tanah mengurangi ketersediaan timbal
dan penyerapannya oleh tanaman. Timbal akan diendapkan sebagai hidroksida,
fosfat dan karbonat. Ion-ion Ca2+ bersaing dengan timbal untuk menempati tempat
- tempat petukaran pada akar dan permukaan tanah.
Pencemaran tanah oleh timbal selain
disebabkan oleh limbah B3 dapat pula disebabkan dari air yang tercemar Pb,
kemudian terserap oleh tanah dan hendaknya tidak melampaui konsentrasi alami Pb
dalam sedimen yaitu 10 – 70 ppm.
F.
Metobolisme timbal
1. Absorbsi
Pajanan timbal (Pb) dapat berasal
dari makanan, minuman, udara, lingkungan umum, dan lingkungan kerja yang
tercemar timbal (Pb). Pajanan non okupasional biasanya melalui tertelannya
makanan dan minuman yang tercemar timbal (Pb). Pajanan okupasional melalui
saluran pernapasan dan saluran pencernaan terutama oleh timbal (Pb) karbonat
dan timbal (Pb) sulfat. Masukan timbal (Pb) 100 hingga 350 mikrogram/hari dan
20 mikrogram/hari diabsorbsi melalui inhalasi uap timbal (Pb) dan partikel dari
udara lingkungan kota yang polutif (DeRoos, 1997 dalam Ardyanto, 2005.). Timah
hitam dan senyawanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan
dan saluran pencernaan, sedangkan absorbsi melalui kulit sangat kecil sehingga
dapat diabaikan. Bahaya yang ditimbulkan oleh timbal (Pb) tergantung oleh
ukuran partikelnya. Partikel yang lebih kecil dari 10 mikrogram dapat tertahan
di paruparu, sedangkan partikel yang lebih besar mengendap di saluran nafas
bagian atas. Absorbsi timbal (Pb) melalui saluran pernafasan dipengaruhi oleh
tiga proses yaitu deposisi, pembersihan mukosiliar, dan pembersihan alveolar.
Deposisi terjadi di nasofaring, saluran trakeobronkhial, dan alveolus. Deposisi
tergantung pada ukuran partikel timbal (Pb) volume pernafasan dan daya larut.
Partikel yang lebih besar banyak di deposit pada saluran pernafasan bagian atas
dibanding partikel yang lebih kecil (DeRoos 1997, dan OSHA, 2005 dalam Ardyanto, D, 2005.). Pembersihan mukosiliar membawa partikel
di saluran pernafasan bagian atas ke nasofaring kemudian di telan.
Rata-rata 10–30% Pb yang terinhalasi
diabsorbsi melalui paru-paru, dan sekitar 5-10% dari yang tertelan diabsorbsi
melalui saluran cerna (Palar, 1994). Fungsi pembersihan alveolar adalah membawa
partikel ke ekskalator mukosiliar, menembus lapisan jaringan paru kemudian
menuju kelenjar limfe dan aliran darah. Sebanyak 30-40% timbal (Pb) yang di
absorbsi melalui saluran pernapasan akan masuk ke aliran darah. Masuknya timbal
(Pb) ke aliran darah tergantung pada ukuran partikel daya larut, volume
pernafasan dan variasi faal antar individu (Palar, 1994).
2. Distribusi dan penyimpanan
Timah hitam yang diabsorsi diangkut
oleh darah ke organ-organ tubuh sebanyak 95% timbal (Pb) dalam darah diikat
oleh eritrosit. Sebagian timbal (Pb) plasma dalam bentuk yang dapat berdifusi
dan diperkirakan dalam keseimbangan dengan pool timbal
(Pb) tubuh lainnya dibagi menjadi dua yaitu ke jaringan lunak (sumsum tulang,
sistim saraf, ginjal, hati) dan ke jaringan keras (tulang, kuku, rambut, gigi)
(Palar, 1994). Gigi dan tulang panjang mengandung timbal (Pb) yang lebih banyak
dibandingkan tulang lainnya. Pada gusi dapat terlihat lead lineyaitu
pigmen berwarna abu abu pada perbatasan antara gigi dan gusi (Goldstein &
Kipen, 1994 dalam Ardyanto, 2005.). Hal itu merupakan ciri khas
keracunan timbal (Pb). Pada jaringan lunak sebagian timbal (Pb) disimpan dalam
aorta, hati, ginjal, otak, dan kulit. Timah hitam yang ada dijaringan lunak
bersifat toksik.
3. Ekskresi
Ekskresi timbal (Pb) melalui
beberapa cara, yang terpenting adalah melalui ginjal dan saluran cerna.
Ekskresi timbal (Pb) melalui urine sebanyak 75–80%, melalui feces 15% dan
lainnya melalui empedu, keringat, rambut, dan kuku (Palar,1994). Ekskresi
timbal (Pb) melalui saluran cerna dipengaruhi oleh saluran aktif dan pasif
kelenjar saliva, pankreas dan kelenjar lainnya di dinding usus, regenerasi sel
epitel, dan ekskresi empedu. Sedangkan Proses eksresi timbal (Pb) melalui
ginjal adalah melalui filtrasiglomerulus.
G.
Efek timbal pada kesehatan
Paparan bahan tercemar timbal (Pb) dapat menyebabkan gangguan
sebagai berikut :
1. Gangguan Neurologi
Gangguan neurologi (susunan syaraf)
akibat tercemar oleh timbal (Pb) dapat berupa encephalopathy, ataxia, stupor
dan coma. Pada anak-anak dapat menimbulkan kejang tubuh dan neuropathy perifer.
2. Gangguan terhadap fungsi ginjal.
Logam berat timbal (Pb) dapat
menyebabkan tidak berfungsinya tubulus renal, nephropati irreversible,
sclerosis vaskuler, sel tubulus atropi, fibrosis dan sclerosis glumerolus.
Akibatnya dapat menimbulkan aminoaciduria dan glukosuria, dan jika paparannya terus
berlanjut dapat terjadi nefritis kronis.
3. Gangguan terhadap sistem reproduksi.
Logam berat timbal (Pb) dapat
menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi berupa keguguran, kesakitan dan
kematian janin. Logam berat timbal (Pb) mempunyai efek racun terhadap gamet dan
dapat menyebabkan cacat kromosom. Anak -anak sangat peka terhadap paparan
timbal (Pb) di udara. Paparan timbal (Pb) dengan kadar yang rendah yang
berlangsung cukup lama dapat menurunkan IQ.
4. Gangguan terhadap sistem hemopoitik.
Keracunan timbal (Pb) dapat dapat
menyebabkan terjadinya anemia akibat penurunan sintesis globin walaupun tak
tampak adanya penurunan kadar zat besi dalam serum. Anemia ringan yang terjadi
disertai dengan sedikit peningkatan kadar ALA (Amino Levulinic Acid)urine.
Pada anak–anak juga terjadi peningkatan ALA dalam darah. Efek dominan dari
keracunan timbal (Pb) pada sistem hemopoitik adalah peningkatan ekskresi ALA
dan CP (Coproporphyrine). Dapat dikatakan bahwa gejala anemia merupakan gejala dini dari
keracunan timbal (Pb) pada manusia. Dibandingkan dengan orang dewasa, anak
-anak lebih sensitif terhadap terjadinya anemia akibat paparan timbal (Pb).
Terdapat korelasi negatif yang signifikan antara Hb dan kadar timbal (Pb) di
dalam darah.
5. Gangguan terhadap sistem syaraf.
Efek pencemaran timbal (Pb)
terhadap kerja otak lebih sensitif pada anak-anak dibandingkan pada orang
dewas. Gambaran klinis yang timbul adalah rasa malas, gampang tersinggung,
sakit kepala, tremor, halusinasi, gampang lupa, sukar konsentrasi dan menurunnya
kecerdasan pada anak dengan kadar timbal (Pb) darah sebesar 40-80 μg/100 ml
dapat timbul gejala gangguan hematologis, namun belum tampak adanya gejala lead
encephalopathy. Gejala yang timbul pada lead encephalopathy antara lain adalah
rasa cangung, mudah tersinggung, dan penurunan pembentukan konsep. Apabila pada
masa bayi sudah mulai terpapar oleh timbal (Pb), maka pengaruhnya pada profil
psikologis dan penampilan pendidikannya akan tampak pada umur sekitar 5-15
tahun. Akan timbul gejala tidak spesifik berupa hiperaktifitas atau gangguan
psikologis jika terpapar timbal (Pb) pada anak berusia 21 bulan sampai 18 tahun
(Sudarmaji, dkk, 2006).
BAB III
METODE
PRAKTIKUM
Metode :
Spektrofotometri
A. Alat dan Bahan
Alat
1.
Neraca
Analitik
2.
Sendok
3.
Mortal
dan Alu
4.
Beacker
glass 80 ml
5.
Botol
sampel
6.
Huvet
7.
Spectroquant
Bahan
1. Sampel (Kue Pukis)
2. Aquades
3.
Reagen
Pb
4.
Aluminium
foil
5.
Tissue
B. Prosedur Kerja
1.
Siapkan
alat dan bahan
2.
Ambil
aluminium foil lalu letakkan sampel diatasnya
3.
Simpan
aluminium foil diatas neraca analitik lalu timbang hingga sampel mencapai 10
gram.
4.
Setelah
ditimbang, pindahkan sampel ke mortal lalu tumbuk sampel dengan menggunakan alu hingga halus. Tambahkan aquades untuk mempercepat proses penumbukan
5.
Pindahkan
sampel ke beacker glass sebanyak 50 ml
6.
Tuang
sampel yang berada di beacker glass ke dalam botol sampel sebanyak 5 ml
7.
Kemudian
tambahkan reagen Pb sebanyak 3 tetes, lalu homogenkan
8.
Setelah
sampel dan reagen tercampur, pindahkan sampel ke huvet.
9.
Sebelum
huvet di masukkan ke dalam spectroquant, lap terlebih dahulu dengan menggunakan tissue.
10.
Kemudian
perhatikan hasil yang berada di spectroquant
11.
Bersihkan
dan simpan alat pada tempatnya.
BAB IV
HASIL DAN ANALISA HASIL
A. Hasil
Nama
pengambil : Yusni Novita
Alamat
Pengambil : Gowa
Waktu
Pengambil : 07.30 Wita
Tanggal
Pengambil : 3 April 2017
Lokasi
Pengambil : Jln. Rappocini
Raya
Tujuan
Pemeriksaan : Pemeriksaan Timbal
(Pb)
Hasil
yang diperoleh dari pemeriksaan timbal pada kue Pukis sebanyak 2,095 mg/l.
Sehingga diperoleh rumus :
|
Kadar
Pb = 2,095 mg/l X 5
=
10,475 mg/l atau 10,475 mg/kg
B. Analisa
Hasil
Berdasarkan
hasil yang diperoleh dari pemeriksaan Timbal (Pb) pada kue Pukis didapatkan
kadar Pb sebanyak 10,475 mg/l atau setara dengan 10,475 mg/kg. Menurut PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor HK.00.06.1.52.4011 batas maksimum cemaran logam berat dalam
makanan pada tepung terigu yaitu 1,0 mg/kg. Hal ini pukis yang di periksa tidak
diperbolehkan untuk dikomsumsi. Faktor adanya logam berat seperti Pb
dikarenakan tempat penjualan di pinggir jalan, sehingga asap yang diketahui
mengandung Pb mencemari kue pukis. Timbal,
atau Tetra Etil Lead (TEL) yang banyak pada bahan bakar terutama bensin,
diketahui bisa menjadi racun yang merusak sistem pernapasan, sistem saraf,
serta meracuni darah. Penggunaan timbal (Pb) dalam bahan bakar semula adalah
untuk meningkatkan oktan bahan bakar. Penambahan kandungan timbal (Pb) dalam
bahan bakar, dilakukan sejak sekitar tahun 1920-an oleh kalangan kilang minyak.
Menurut Sudarmaji, dkk, 2006, hasil pembakaran dari bahan tambahan (aditive)
timbal (Pb) pada bahan bakar kendaraan bermotor menghasilkan emisi timbal (Pb)
in organik. Logam berat timbal (Pb) yang bercampur dengan bahan bakar tersebut
akan bercampur dengan oli dan melalui proses di dalam mesin maka logam berat
timbal (Pb) akan keluar dari knalpot bersama dengan gas buang lainnya. Jika pukis tersebut di komsumsi oleh manusia
akan berdampak seperti gangguan neurologi, gangguan terhadap fungsi ginjal,
gangguan terhadap sisitem reproduksi, gangguan terhadap sistem hemopoitik, dll.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil yang diperoleh dari pemeriksaan Timbal (Pb) pada kue Pukis didapatkan
kadar Pb sebanyak 10,475 mg/l atau setara dengan 10,475 mg/kg. Menurut PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor HK.00.06.1.52.4011 batas maksimum cemaran logam berat dalam
makanan pada tepung terigu yaitu 1,0 mg/kg. Hal ini pukis yang di periksa tidak
diperbolehkan untuk dikomsumsi.
B. SARAN
1. Penulis
berharap agar masyarakat dengan cerdas dapat memilih makanan yang baik dan
tidak baik dikonsumsi.
2. Penulis
berharap ketika melakukan proses pemeriksaan arsen, harus menggunakan APD.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar