Laporan Praktikum Usap Peralatan Makan

Mata Kuliah    : Penyehatan Makanan dan Minuman
Dosen              : Khiki Purnawati, S.ST., M.Kes

Laporan Praktikum Usap Peralatan Makan



  

Di Susun Oleh :

ANDI DALA APRILLA                   PO714221151003


Tingkat : II / D.IV A

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2017

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya maka saya dapat menyelesaikan sebuah makalah Penyehatan Makanan dan Minuman.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Laporan Praktikum Usap Peralatan Makan", yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari Makanan dan Minuman. Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang penulis buat kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca. Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat. Untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar dapat dijadikan penulis sebagai perbaikan dalam makalah selanjutnya.


Makassar, 30 April 2017


ANDI DALA APRILLA




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR       .................................................................................................           i
DAFTAR ISI        ................................................................................................................         ii
BAB I             PENDAHULUAN     
            A. Latar Belakang    ......................................................................................        1
            B. Tujuan .....................................................................................................          2

BAB II            TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tinjauan umum peralatan makan.............................................................         3             
                       
BAB III          METODE PRAKTIKUM
A.    Metode praktikum...................................................................................          6
B.     Prinsip praktikum.....................................................................................         6
C.     Waktu praktikum.....................................................................................          6
D.    Tempat.....................................................................................................          6
E.     Prosedur pelaksana..................................................................................          7

BAB IV          HASIL DAN ANALISA HASIL
A.    Hasil ........................................................................................................         12
B.     Analisa hasil.............................................................................................         12

BAB V            PENUTUP
A.    Kesimpulan .............................................................................................        15
B.     Saran........................................................................................................        15

DAFTAR PUSTAKA     



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Makanan adalah sumber energi satu-satunya bagi manusia. Karena jumlah penduduk yang terus berkembang, maka jumlah produksi makananpun harus terus bertambah melebihi jumlah penduduk ini, apabila kecukupan pangan harus tercapai. Permasalahan yang timbul dapat diakibatkan kualitas dan kuantitas bahan pangan. Hal ini tidak boleh terjadi atau tidak dikehendaki karena orang makan itu sebetulnya bermaksud mendapatkan energi tetap dapat bertahan hidup, dan tidak untuk menjadi sakit karenanya. Dengan demikian sanitasi makanan menjadi sangat penting (Slamet, 2009).
Sanitasi makanan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada manusia. Dengan demikian, tujuan sebenarnya dari upaya sanitasi makanan, antara lain menjamin keamanan dan kebersihan makanan, mencegah penularan wabah penyakit, mencegah beredarnya produk makanan yang merugikan masyarakat, dan mengurangi tingkat kerusakan atau pembususkan pada makanan.
Upaya pengamanan makanan dan minuman pada dasarnya meliputi orang yang menangani makanan, tempat penyelenggaraan makanan, peralatan pengolahan makan dan proses pengolahannya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan makanan, antara lain adalah higiene perorangan yang buruk, cara penanganan makanan yang tidak sehat dan perlengkapan pengolahan makanan yang tidak bersih (Chandra, 2006).
Dalam mendapatkan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan, maka perlu diadakan pengawasan terhadap higiene dan sanitasi makanan dan minuman utamanya adalah usaha diperuntukkan untukumum seperti restoran, rumah makan, ataupun pedagang kaki limamengingat bahwa makanan dan minuman merupakan media yang potensialdalam penyebaran penyakit (Depkes, 2004).
Kontaminasi makanan dapat terjadi setiap saat,  salah satunya dari peralatan makanan yang digunakan tidak memenuhi syarat kesehatan. Di Indonesia peraturan telah dibuat dalam bentuk Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/VI/2011, bahwa untuk persyaratan peralatan makanan tidak boleh bakteri lebih dari 0 koloni/cm2.
Peranan peralatan makanan dalam pedagang makanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari prinsip-prinsip penyehatan makanan (Food hygiene). Setiap peralatan makan (piring, gelas, sendok) harus selalu dijaga kebersihannya setiap saat digunakan. Alat makan (piring, gelas, sendok) yang kelihatan bersih belum merupakan jaminan telah memenuhi persyaratan kesehatan, karena didalam alat makan (piring, gelas, sendok) tersebut tercemar bakteri E.coli yang menyebabkan alat makan (piring, gelas, sendok) tersebut tidak memenuhi kesehatan. Untuk itu pencucian peralatan sangat penting diketahui secara mendasar, dengan pencucian secara baik akan menghasilkan peralatan yang bersih dan sehat pula. Dengan menjaga kebersihan peralatan makan (piring, gelas, sendok), berarti telah membantu mencegah pencemaran atau kontaminasi makanan yang dikonsumsi (Djajadinigrat, 1989 dalam Pohan, 2009).
Pada percobaan ini akan dilakukan pemeriksaan jumlah kuman pada peralatan makanan dengan sampel piring untuk mengetahui apakah paralatan makanan tersebut layak atau tidak digunakan untuk makan.

      B.     Tujuan
            1.      Untuk mengetahui cara mengusap alat makan yang baik dan benar
            2.      Untuk mengetahui cara pemeriksaan kumanpada alat makan
            3.      Untuk mengetahui jumlah Angka Lempeng Total (ALT)




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tinjauan umum peralatan makan
Perlindungan peralatan makan  dimulai dari keadaan bahan. Bahan yang baik adalah bila tidak larut dalam makanan, mudah dicuci dan aman digunakan. Peralatan utuh,  aman dan kuat, peralatan yang sudah retak, atau pecah selain dapat menimbulkan kecelakaan (melukai tangan) juga menjadi sumber pengumpulan kotoran karena tidak akan dapat tercuci sempurna. Demikian pula bila berukir hiasan, hiasan merk atau cat pada permukaan tempat makanan tidak boleh digunakan. Adapun persyaratan peralatan makanan (Pohan, 2009), yaitu:
      1.      Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh mengeluarkan zat beracun yang melebihi ambang batas sehingga membahayakan kesehatan.
      2.      Peralatan tidak  rusak, retak dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap makanan.
      3.      Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus tidak ada sudut mati, rata halus dan mudah dibersihkan.
     4.      Peralatan harus dalan keadaan bersih sebelum digunakan.
     5.      Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi ambang batas, dan tidak boleh mengandung E.coli.
      6.      Cara pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan :
a.       Pencucian peralatan harus menggunakan sabun atau deterjen air dingin, air panas, sampai bersih.
b.      Dibebas hamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm, air panas 800o C selama 2 menit.
      7.      Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau buatan  dan tidak boleh dilap dengan kain.
      8.      Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus disimpan dalam keadaan kering dan bersih,  ruang penyimpanan peralatan tidak lembab, terlindung dari sumber pengotoran /  kontaminasi dan binatang perusak.
Menurut Depkes 2004, Peralatan makan yang kita gunakan harus bersih, agar kita terhindar dari kemungkinan penularan penyakit. oleh karena itu perlu dilakukan uji sanitasi alat makan. Cara sederhana untuk memastikan alat makan kita bersih atau tidak, bisa dilakukan dengan uji kebersihan alat sebagai berikut. Menguji kebersihan secara fisik dapat dilakukan dengan cara:
      1.      Menaburkan tepung pada piring yang sudah dicuci dalam keadaan kering. Bila tepungnya lengket pertanda pencucian belum bersih.
     2.      Menaburkan garam pada piring yang kering, pertanda pencucian belum bersih.
     3.      Penetesan air pada piring yang kering. Bila air jatuh pada piring ternyata menumpuk/atau tidak pecah pertanda pencucian belum bersih.
     4.      Penetesan dengan alkohol, jika terjadi endapan pertanda pencucian belum bersih.
     5.      Penciuman aroma, bila tercium bau amis pertanda pencucian belum bersih.
     6.      Penyiraman. Bila peralatan kelihatannya kusam/tidak cemerlang berarti pencucian belum bersih.
Berdasarkan Permenkes RI No.1096/Menkes/SK/VI/2011 tentang hygienesanitasi jasa boga,  persyaratan tempat pencucian peralatan dan bahan makanan sebagai berikut :
      1.      Tersedia  tempat  pencucian  peralatan,  jika  memungkinkan  terpisah  dari tempat pencucian bahan pangan.
      2.      Pencucian peralatan harus menggunakan bahan pembersih/deterjen.
      3.      Pencucian bahan makanan  yang  tidak dimasak atau dimakan mentah harus dicuci  dengan menggunakan  larutan  Kalium  Permanganat(KMnO4)dengan konsentrasi  0,02%  selama  2 menit  atau  larutan  kaporit  dengan konsentrasi 70%  selama  2 menit  atau  dicelupkan  ke  dalam  air  mendidih (suhu  80° C -100° C) selama 1 – 5 detik.
      4.      Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan disimpan dalam tempat yang terlindung dari pencemaran serangga, tikus dan hewan lainnya.
Peralatan yang digunakan sebaiknya harus dicuci sampai bersih dengan menggunakan air panas dan sabun (detergen), yang dibantu dengan menggunakan sikat halus dan atau setelah pencucian harus dilakukan pembilasan dengan air secukupnya. Setelah itu disemprot atau dilap dengan menggunakan larutan sanitaiser. Setelah dilap atau disemprot dengan larutan tersebut jangan dibilas lagi, langsung saja keringkan sampai kering.
Jika tidak digunakan larutan sanitaiser dapat dilakukan pembilasan dengan menggunakan air panas (mendidih). Peralatan-peralatan yang kecil seperti sendok, garpu, pengaduk, dan lain-lain yang susah dibersihkan hendaknya direndam dalam larutan detergen panas beberapa waktu sebelum dibersihkan dengan menggunakan larutan sanitaiser. Sanitaiser adalah senyawa kimia yang dapat mengurangi jumlah bakteri dan mikroba lainnya. Sanitaiser yang dapat digunakan bermacam-macam diantaranya 100-200 ppm klorin/atau senyawa kuat seperti ammonium/watener. Biasanya dilakukan dengan cara melarutkan sanitaiser sekitar 3,8 – 7,6 ml kedalam 25 liter air panas (77˚C). Disamping itu air yang digunakan untuk proses pencucian peralatan hendaknya air yang bersih yang memenuhi persyaratan sanitasi, sehingga mencegah kemungkinan kontaminasi.


     




BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

      A.    Metode praktikum
Metode praktikum yaitu metode swab dilakukan dengan cara di usap dengan menggunakan lidi kapas steril.
      
     B.     Prinsip praktikum
Prinsip utama dalam praktikum usap peralatan makan yaitu sterilisasi, semua alat dan bahan yang digunakan harus dalam keadaan steril. Adapun sterilisasi yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu antara lain:
      1.      Tangan dan lingkungan kerja tempat praktikum harus dalam keadaan steril.
      2.      Alat dan bahan harus dalam keadaan steril.
      3.      Tabung reaksi diplambir sebelum dan sesudah dimasukkan sampel 
      4.      Pipet ukur harus diplambir sebelum dan sesudah digunakan.
      5.      Menghindari bercakap saat melakukan praktikum berlangsung.

      C.     Waktu praktikum
      1.      Sterilisasi Alat
a.       Hari/Tanggal                           : Jum’at, 21 April 2017
b.      Jam Mulai-akhir                    : Pukul. 10.00-14.00 WITA
      2.      Praktikum Usap Alat Makan
a.       Hari/Tanggal                           : Kamis, 27 April 2017
b.      Jam Mulai-akhir                      : Pukul. 10.00-14.00 Wita
      3.      Pembacaan Hasil dan Perhitungan Jumlah Angka Kuman
a. Hari/Tanggal                              : Jum’at, 28 April 2017
b. Jam Mulai-akhir                        : Pukul. 10.00-11.00 WITA
      
      D.    Tempat
      1.      Praktikum Usap Alat Makan
Lokasi praktikum usap alat makan ini berada di Rumah warga, jln. Rappocini Raya lr. 9D NO. 4
      2.      Praktikum Pemeriksaan Angka Lempeng Total (ALT) / angka kuman
Proses pemeriksaan Angka Lempeng Total (ALT) / angka kuman ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Kampus Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan.
    
     E.     Prosedur pelaksana
     1.      Tahap Persiapan Alat dan bahan
     a.       Alat


1)      Pipet Steril 10 ml             
2)      Petridish steril                  
3)      Lidi Kapas steril               
4)      Luas Jendela                   
5)      Erlenmeyer
6)      Pengaduk
7)      Lampu spritus
8)      Korek api
9)      Tabung reaksi
10)  Rak tabung
11)  Kompor gas
12)  Spidol
13)  Termos
14)  Gunting
15)  Autoclave
16)  Inkubator
17)  Oven

     b.      Bahan
1)      Air pepton
2)      Larutan pengencer NaCl 0,85%
3)      Nutrien Agar
4)      Alkohol
5)      Kapas
6)      Kertas Label

     2.      Tahap Pelaksanaan
     a.       Sterilisasi Alat
1)      Persiapkan alat yang akan di sterilisasi, seperti pipet 10 ml, petridish, dan lidi kapas.
2)      Bungkus alat tersebut dengan kertas kopi dan kertas koran
3)      Masukkan alat yang telah dibungkus tadi, ke dalam oven dengan suhu 105 ˚C dalam waktu 2 jam.

     b.      Praktikum Usap Alat Makan
1)      Persiapkan sarung tangan yang steril atau bisa dengan membasahi tangan dengan menggunakan alkohol agar tangan menjadi steril.
2)      Alat makan yang akan diperiksa masing – masing diambil 4 buah tiap jenis yang diambil secara acak dari tempat penyimpanan.
3)      Persiapkan catatan formulir pemeriksaan dengan membagi alat makan dalam kelompok – kelompok
4)      Persiapkan lidi kapas steril, kemudian buka kapas penutup tabung reaksi yang berisi air pepton.
5)      Plumbir bagian ujung dari tabung reaksi tersebut, kemudian masukkan lidi kapas steril ke dalamnya.
6)      Lidi kapas steril dalam tabung reaksi ditekan ke dinding tabung untuk membuang /memeras airnya, lalu angkat dan diusapkan pada setiap alat – alat makan yang diusapkan sampai selesai.
7)      Permukaan tempat alat makan yang diusap, yaitu:
a.        Wajan       : Permukaan bagian dalam wajan
b.       Garpu       : Permukaan bagian dalam dan luar alat penusuk
8)      Cara melakukan usapan :
a.       Pada wajan dilakukan dengan cara pengusapan dengan metode luas jendela 5 cm X 5 cm
b.      Pada sendok dengan usapan seluruh bagian dalam dan luar
9)      Setiap bidang permukaan yang diusap dilakukan 3 kali berturut – turut dan satu lidi kapas digunakan untuk satu kelompok alat makan yang diperiksa.
10)  Setiap hasil mengusap 1 alat makan dari sau kelompok selalu dimasukkan ke dalam botol cairan di putar – putar dan ditekan ke dinding, demikian dilakukan berulang – ulang sampai semua kelompok diambil usapannya.
11)  Pada usapan peralatan makan, setiap usapan alat harus mencapai luas sekitar 8 inchi persegi atau 50 cm 2 dan dilakukan 5 kali (tempat) sehingga cukup mencapai luas 40 inchi atau 256 cm2
12)  Setiap satu kelompok menggunakan 1 lidi kapas sebab yang diusapkan dengan cara seperti no.11 di atas.
13)  Setelah kelompok alat makan atau luas permukaan peralatan masak diusap, lidi kapas dimasukkan ke dalam botol, lidinya dipatahkan atau digunting, dan bibir tabung dipanaskan dengan api spritus, lalu ditutup kembali dengan kapas penutupnya.
14)  Tempelkan kertas label yang telah dipersiapkan, tulis nama jenis alat makan yang telah diusap. Untuk nama pengambil, tempat pengambilan, dan tujuan pengambilan sampel ditulis dibuku catatan yang telah disiapkan oleh pengambil.
15)  Kirimkan segera ke laboratorium dengan suhu dingin untk diperiksa. Bila tidak dapat dikirim segera, disimpan dalam tempat penyimpanan dingin.

       c.       Pemeriksaan Angka Lempeng Total
1)      Siapkan larutan pengencer NaCl 0,85% sebanyak masing – masing 2 tabung  dan 2 buah petridish yang diberi kode 101 dan 102  dan kontrol.
Catatan : Pengenceran yang digunakan adalah pengenceran 101 dan 102 sehingga yang digunakan yaitu:
      2 tabung dan 2 petridish  untuk wajan
      2 tabung dan 2 petridish  untuk garpu
2)      Ambil 1 ml larutan pengencer NaCl dengan pipet steril pada tabung kode kontrol dan masukkan ke dalam petridish yang juga berkode kontrol.
3)      Ambil 1 ml sampel dengan pipet steril pada tabung yang berkode 101 (untuk satu jenis alat makan) dengan dengan pipet lepas sebanyak ±25 kali dan tidak boleh ditiup.
4)      Pipet 2 ml dari tabung tadi (yang berkode 101)  dan masukkan ke dalam petridish yang berkode 101 (untuk satu jenis alat makan) dan 1 ml sisanya ke tabung 102 lalu pipet lepas sebanyak ±25 kali
5)      Pipet 1 ml dari tabung 102  masukkan ke petridish yang sudah diberi kode 102.
6)      Tuangi petridish yang berisi sampel dengan nutrien agar 55˚C – 56˚C sebanyak ±15 ml
7)      Digoyang-goyang agar rata dan biarkan beku
8)      Balik petridish dan masukkan ke dalam inkubator untuk dieramkan dengan suhu 37˚C selama 1 x 24 jam

      d.      Pembacaan Hasil danPerhitungan ALT / Angka Kuman
1)      Keluarkan petridish yang berisi sampel yang telah dieramkan selama 1 x 24 jam
2)      Hitung jumlah kuman yang berbentuk bulatan pada sampel, kemudian masukkan ke dalam rumus yang telah ditentukan
3)     

     Rumus ALT = (101 – C) x 10 + (102 – C) x 100
                                                2
 
Adapun perhitungan jumlah kuman yang terbaca, yaitu:

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1)      Wajan
Untuk pengenceran pertama (101)           = 12 kuman
Untuk pengenceran kedua (102)              = 8 kuman
Untuk kontrol                                          = 31 koloni/cm2
Maka perhitungannya sebagai berikut :
ALT    = (123) x 10 + (83) x 100 
                                    2
           
= (9) x 10 + (5) x 100     = 295
                2
= 295   = 2.36 kol/cm2
   125
Catatan : luas jendela yang digunakan = 5 x 5 = 25 cm2 pada 5 titik di permukaan wajan yang digunakan. Sehingga luas jendela seluruhnya = 125 cm2
    
   2)      Garpu
Untuk pengenceran pertama (101) = 33 kuman
Untuk pengenceran kedua (102)  = 26 kuman
Untuk kontrol = 31 koloni/cm2
Maka perhitungannya sebagai berikut :

ALT    = (333) x 10 + (263) x 100 
                                    2

= (30) x 10 + (23) x 100    
                2
= 2.600            = 1.300 kol/cm2
      2


BAB IV
HASIL DAN ANALISA HASIL

A.    Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dilaboratorium Mikrobiologi, maka didapat angka kuman pada alat makan sebagai berikut :
Tabel.I : Angka Lempeng Total pada Alat Makan yang Diperiksa
No
Jenis Alat Makan
Jumlah ALT (kolono/cm2)
1.
Wajan
2.36
2.
Garpu
1.300

B.     Analisa Hasil
Berdasarkan hasil praktikum tentang pemeriksaan jumlah kuman yang dilakukan disalah satu rumah warga di jalan rappocini raya lr. 9 D No. 4 ada beberapaperalatan makan yang tidak memenuhi persyaratan untuk digunakan karena memeliki nilai ambang batas yang ditolerir. Tingginya  angka kuman pada peralatan makan  tidak terlepas oleh beberapa factor penyebab antara lain, yaitu: Rak tempat penyimpanannya berada dekat dengan tempat terbuka dan dekat wastafel.
Rak yang kurang hygiene tempat menyimpan peralatan makan sangat memungkinkan melekatnya mikroba, karena rak dekat dengan tempat terbuka sehinggah banyak mikroba lain yang hinggap pada rak penyimpanan peralatan makan. Selain, rak penyimpanan peralatan makan juga dipengaruhi oleh pencucian air yang tidak mengalir atau pencucian di baskom sehingga dapat terkontaminasi dengan kuman.
Adanya jumlah kuman yang terdeteksi dari alat makan tersebut dikarenakan adanya bantuan penggunaan air pepton pada proses usap alat, yang mana air pepton ini berguna agar mikroba cepat tumbuh, karena mengandung banyak N2. Larutan pepton juga berfungsi untuk mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung.  Lidi kapas steril yang dicampur homogen dalam larutan pepton, berfungsi agar memungkinkan mikroorganisme pada sampel tersebar merata dalam larutan pepton.
Dan hasil perhitungan untuk kontrol didapatkan 31 koloni/cm2. Padahal seharusnya pada media kontrol ini tidak boleh terdapat angka kuman, karena pada media ini hanya terdapat pengencer steril yang tidak diberikan sampel. Hal ini menandakan bahwa kondisi awal lingkungan mengandung mikroba sebanyak 31 koloni/cm2 permukaan. Meskipun pada dasarnya, hasil pemeriksaan untuk kontrol idealnya 0 (nol) koloni/cm2.
Pada praktikum ini, dilakukan pengenceran sampai 2 kali yaitu pengenceran 10-1 sampai 10-2,  yaitu suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran diencerkan dalam suatu tabung tersendiri secara berkelanjutan dari suatu tabung ke tabung lain sampai pada pengenceran kedua. Dengan tujuan untuk menurunkan jumlah bakteri sehingga pada pengenceran terakhir akan didapatkan jumlah koloni yang lebih sedikit dan mudah diketahui jumlahnya (Sudarsono, 2008).
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil pada pengenceran pertama dan kedua yang berbeda. Dari kedua alat makan yang diusap, pada pengenceran pertama memeliki angka kuman yang tinggi dibandingkan dengan pengenceran kedua. Dari hasil  yang berbeda tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengenceran yang dilakukan, semakin sedikit mikroba yang tumbuh dalam media. Dan media kontrol berfungsi untuk mengetahui kondisi awal lingkungan pemeriksaan dengan memasukkan 1 ml larutan NaCl ke dalam cawan petri dan dituangkan nutrient agar, lalu dihomogenkan.
Pada praktikum setelah Nutrien Agar dalam cawan petri beku, maka sampel dibalik dan dimasukkan ke dalam Inkubator selama 1 x 24 jam. Waktu ini adalah masa yang dibutuhkan bagi sel untuk membelah diri yang dikenal sebagai waktu generasi. Suhu yang digunakan selama inkubasi yaitu 37˚ C dan bakteri yang dapat tumbuh pada suhu ini adalah bakteri jenis mesofil dengan suhu minimum 10-20˚ C, optimum 20-40˚ C, dan maksimum 40-45˚ C.




BAB V
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011, bahwa alat makan (wajan dan garpu) tidak boleh mengandung bakteri lebih dari 0 koloni/cm2.  Maka dapat dilihat bahwa sampel alat makan (wajan dansendok) yang diperiksa jumlah kumannya dapat  dikatakan tidak sehat  dan  tidak  layak  untuk  digunakan.

B.     SARAN
Adapun saran pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
     1.      Diharapkan kepada praktikan sebaiknya selalu menerapkan prinsip sterilisasi dalam setiap pemeriksan mikroba.
     2.      Diharapkan ketika melakukan pemeriksaan, jangan berbicara atau menggunakan masker dan sarang tangan latex
     3.      Setelah selesai melakukan pemeriksaan Angka Lempeng Total (ALT) sebaiknya memberikan informasi kepada masyarakat agar memperhatikan kebersihan alat makan yang digunakan.






DAFTAR PUSTAKA

(diakses pada 1 Mei 2015)
(diakses pada 1 Mei 2015)









Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Pemeriksaan Logam-Logam Berat Arsen pada Udang

Praktikum pemeriksaan Escherichia coli pada makanan dan minuman