Laporan Pemeriksaan Logam-Logam Berat Arsen pada Udang
Mata Kuliah : Penyehatan Makanan dan Minuman
Dosen : Khiki Purnawati, S.ST., M.Kes
Pemeriksaan
Arsen (As)
Di
Susun Oleh :
ANDI DALA APRILLA PO714221151003
Tingkat : II / D.IV A
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2017
KATA PENGANTAR
Segala
puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmat-Nya maka saya dapat menyelesaikan sebuah makalah Penyehatan
Makanan dan Minuman.
Berikut
ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Pemeriksaan
Arsen", yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita
untuk mempelajari Makanan dan Minuman. Melalui kata pengantar ini penulis lebih
dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan
dan ada tulisan yang penulis buat kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar
dapat dijadikan penulis sebagai perbaikan dalam makalah selanjutnya.
Makassar, 5 April 2017
ANDI DALA APRILLA
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR .................................................................................................
i
DAFTAR
ISI ................................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang .............................................................................. 1
B.
Tujuan ............................................................................................... 2
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian arsen ............................................................................. 3
B.
Karekteristik arsen ......................................................................... 4
C.
Sifat kimia arsen ............................................................................ 5
D.
Sumber pencemaran arsen............................................................... 5
E.
Mekanisme
terjadinya toksisitas...................................................... 8
F.
Gejala
toksisitas arsen ..................................................................... 9
BAB
III METODE PRAKTIKUM
A.
Alat dan Bahan......................................................................................... 12
B.
Prosedur Kerja.......................................................................................... 12
BAB
IV HASIL DAN ANALISA HASIL
A.
Hasil ................................................................................................. 13
B.
Analisa hasil..................................................................................... 13
BAB
V PENUTUP
A.
Kesimpulan ...................................................................................... 15
B.
Saran................................................................................................. 15
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
merupakan bahan yang karena sifat atau konsentrasi, jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemari atau merusak lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.
Menurut data dari Environmental
Protection Agency (EPA) tahun 1997, yang menyusun ”top-20” B3 antara lain:
Arsenic, Lead, Mercury, Vinyl chloride, Benzene, Polychlorinated Biphenyls
(PCBs), Kadmium, Benzo(a)pyrene, Benzo(b)fluoranthene, Polycyclic Aromatic
Hydrocarbons, Chloroform, Aroclor 1254, DDT, Aroclor 1260, Trichloroethylene,
Chromium (hexa valent), Dibenz[a,h]anthracene, Dieldrin, Hexachlorobutadiene,
Chlordane. Beberapa diantaranya merupakan logam berat, antara lain Arsenic
(As), Lead (Pb), Mercury (Hg), Kadmium (Cd) dan Chromium (Cr) (Sudarmaji,
2006). Logam-logam berat tersebut dalam konsentrasi tinggi akan berbahaya bagi
kesehatan manusia bila ditemukan di dalam lingkungan, baik di dalam air, tanah
maupun udara.
Arsen (As) adalah salah satu logam
toksik yang sering diklasifikasikan sebagai logam, Tetapi lebih bersifat
nonlogam. Tidak seperti logam lain yang membentuk kation, Arsen (As) dialam
berbentuk anion, seperti H2AsO4 (Ismunandar, 2004).
Arsen (As) tidak rusak oleh lingkungan, hanya berpindah menuju air atau tanah
yang dibawa oleh debu, hujan, atau awan. Beberapa senyawa Arsen (As) tidak bisa
larut di perairan dan akhirnya akan mengendap di sedimen. Senyawa arsen pada
awalnya digunakan sebagai pestisida dan hibrisida, sebelum senyawa organic
ditemukan, dan sebagai pengawet kayu (Copper Chromated Arsenic (CCA)).
Arsen (As) dialam ditemukan berupa
mineral, antara lain arsenopirit, nikolit, orpiment, enargit, dan lain-lain.
Demi keperluan industry mineral, Arsen (As) dipanaskan terlebih dahulu sehingga
As berkondensasi menjadi bentuk padat.
Arsen (As) berasal dari kerak bumi
yang bila dilepaskan ke udara sebagai hasil sampingan dari aktivitas peleburuan
bijih baruan, Arsen (As) dalam tanah berupa bijih, yaitu arsenopirit dan
orpiment, yang pada akhirnya bisa mencemari air tanah. Arsen (As) merupakan
unsur kerak bumi yang berjumah besar, yaitu menempati urutan keduapuluh dari
unsure kerak bumi, sehingga sangat besar kemungkinannya mencemari air tanah dan
air minum. Jutaan manusia bisa terpapar Arsen (As), seperti yang pernah terjadi
di Bangladesh, India, Cina. Semua batuan mengandung Arsen (As) 1-5 ppm.
Kosentrasi yang lebih tinggi ditemukan pada batuan beku dan sedimen. Tanah
hasil pelapukan batuan biasanya mengandung Arsen (As) sebesar 0,1–40 ppm dengan
rata-rata 5-6 ppm.
B.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian arsen
2.
Untuk mengetahui karekteristik arsen
3.
Untuk mengetahui sifat kimia arsen
4.
Untuk mengetahui sumber pencemaran arsen
5.
Untuk mengetahui mekanisme terjadinya toksisitas
6.
Untuk mengetahui gejala toksisitas arsen
7.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pengertian Arsen (As)
Arsen
merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna metal
(steel-grey). Senyawa arsen didalam alam berada dalam 3 bentuk: Arsen trichlorida
(AsCl3) berupa cairan berminyak, Arsen trioksida (As2O3, arsen putih)
berupa kristal putih dan berupa gas arsine (AsH3). Lewisite, yang sering
disebut sebagai gas perang, merupakan salah satu turunan gas arsine. Pada
umumnya arsen tidak berbau, tetapi beberapa senyawanya dapat mengeluarkan bau
bawang putih. Racun arsen pada umumnya mudah larut dalam air, khususnya dalam
air panas .
Arsen
merupakan unsur dari komponen obat sejak dahulu kala. Senyawa arsen
trioksida misalnya pernah digunakan sebagai tonikum, yaitu dengan
dosis 3 x 1-2 mg. Dalam jangka panjang, penggunaan tonikum ini ternyata
telah menyebabkan timbulnya gejala intoksikasi arsen kronis. Arsen juga
pernah digunakan sebagai obat untuk berbagai infeksi parasit, seperti protozoa,
cacing, amoeba, spirocheta dan tripanosoma, tetapi kemudian tidak lagi
digunakan karena ditemukannya obat lain yang lebih aman. Arsen dalam dosis
kecil sampai saat ini juga masih digunakan sebagai obat pada resep
homeopathi .
Bermacam-macam
bentuk senyawa kimia dari arsen ini yaitu sebagai berikut ;
1. Arsen
triokasida (As2O3), ialah bentuk garam inorganic dan
bentuk trivial dari asam arsenat (H4AsO4) berwarna putih
dan padat seperti gula.
2. Arsen
pentaoksida (As2O5)
3. Arsenat
(misalnya : PbHAsO4), ialah bentuk garam dari asam arsenat,
merupakan senyawa arsen yang banyak dijumpai di alam dan bersifat kurang
toksik.
4. Arsen
organic, arsen berikatan kovalen dengan rantai karbon alifatik atau struktur
cincin,dimana arsen terikat dalam bentuk trivalent ataupun pentavalen.Bentuk
senyawa arsen ini kurang toksin dibandingkan denagn bentuk senyawa arsen
inorganic trivalent.
Bentuk senyawa arsen yang paling beracun
ialah gas arsin (AsH3),yang terbentuk bila asam bereaksi dengan
arsenat yang mengandung logam lain.
Selain dapat ditemukan di udara, air
maupun makanan, arsen juga dapat ditemukan di industri seperti industri
pestisida, proses pengecoran logam maupun pusat tenaga geotermal. Elemen yang
mengandung arsen dalam jumlah sedikit atau komponen arsen organik (biasanya ditemukan
pada produk laut seperti ikan laut) biasanya tidak beracun(tidak toksik). Arsen
dapat dalam bentuk in organik bervalensi tiga dan bervalensi lima. Bentuk in
organik arsen bervalensi tiga adalah arsenik trioksid, sodium arsenik, dan
arsenik triklorida., sedangkan bentuk in organik arsen bervalensi
lima adalah arsenik pentosida, asam arsenik, dan arsenat (Pb arsenat, Ca
arsenat). Arsen bervalensi tiga (trioksid) merupakan bahan kimia yang cukup
potensial untuk menimbulkan terjadinya keracunan akut.
B.
Karekteristik arsen
Arsen berwarna abu-abu, namun
bentuk ini jarang ada di lingkungan. Arsen di air di temukan dalam bentuk
senyawa dengan satu atau lebih elemen lain (Wijanto, 2005).
Arsen secara
kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan fosfor, dan sering dapat
digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan juga beracun.
Ketika dipanaskan, arsen akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsen, yang
berbau seperti bau bawang putih. Arsen dan beberapa senyawa arsen juga dapat langsung
tersublimasi, berubah dari padat menjadi gas tanpa menjadi cairan terlebih
dahulu. Zat dasar arsen ditemukan dalam dua bentuk padat yang berwarna kuning
dan metalik, dengan berat jenis 1,97 dan 5,73.
C.
Sifat kimia arsen
Arsen, Sb, dan Bi, terutama terdapat
sebagai mineral sulfide seperti mispickel,FeAsS, atau stibnite,Sb2S3. Arsen,
Sb, dan Bi, diperoleh sebagai logamnya.semuanya membentuk Kristal yang
strukturnya mirip dengan fosfor hitam. Namun ketiga unsure tersebut tampak
mengkilat dan seperti logam, serta mempunyai tahanan masing-masing 30, 40, dan
105µΩ cm, yang bias dibandingkan dengan logam-logam seperti Ti dan Mn
(berturut-turut 42 dan 185 µΩ cm). melalui reduksi oksidasinya dengan karbon
dan hydrogen. Logamnya terbakar pada pemanasan dalam oksigen menghasilkan
oksida.
Arsen trihalida
mirip dengan trihalida fosfor. SbCl3 berbeda karena ia larut dalam sejumlah air
yang terbatas menghasilkan larutan jernih, yang dalam pengenceran menghasilkan
okso klorida yang tidak terlarut seperti SbOCl dan Sb4O5Cl2. Tidak ada ion Sb3+
sederhana dalam larutan BiCl3, suatu padatan Kristal putih, terhidrolisis oleh
air menjadi BiOCl namun reaksi ini di bolak=balik :
BiCl3 + H2O ↔ BiOCl
+ 2 HCl
Arsen membentuk
As4S3, As4S4, As2S3, dan As2S5 dengan interaksi langsung. Dua yang terakhir
juga dapat mengendap dari larutan asam hidroklorida dan dengan S. As2S3 tidak larut dalam air dan asam,
namun larut sebagai asam dalam larutan alkalin sulfide menghasilkan anionlhio.
As 2S5 berperilaku sama. As4S4 yang terdapat sebagai mineral realgar, mempunyai
struktur dengan tetrahedron As4.
D.
Sumber pencemaran arsen
Keberadaan arsen di alam (meliputi
keberadaan di batuan (tanah) dan sedimen, udara, air dan biota), produksi arsen
di dalam industri, penggunaan dan sumber pencemaran arsen di lingkungan.
1. Keberadaan Arsen di Alam
a) Batuan
(Tanah) dan Sedimen
Di
batuan atau tanah, arsen (As) terdistribusi sebagai mineral. Kadar As tertinggi
dalam bentuk arsenida dari amalgam tembaga, timah hitam, perak dan bentuk
sulfida dari emas. Mineral lain yang mengandung arsen adalah arsenopyrite
(FeAsS), realgar (As4S4) dan orpiment (As2S3). Secara kasar kandungan arsen di
bumi antara 1,5-2 mglkg (NAS, 1977). Bentuk oksida arsen banyak ditemukan pada
deposit/sedimen dan akan stabil bila berada di lingkungan.
Tanah
yang tidak terkontaminasi arsen ditemukan mengandung kadar As antara 0,240
mg/kg, sedang yang terkontaminasi mengandung kadar As rata-rata lebih dari 550
mg/kg (Walsh & Keeney, 1975).
Secara
alami kandungan arsen dalam sedimen biasanya di bawah 10 mg/kg berat kering.
Sedimen bagian bawah dapat terjadi karena kontaminasi yang berasal dari sumber
buatan kering ditemukan pada sedimen bagian bawah yang dekat dengan buangan
pelelehan tembaga.
b) Udara
Zat
padat di udara (total suspended particulate = TSP) mengandung senyawa arsen
dalam bentuk anorganik dan organik (Johnson & Braman, 1975). Crecelius
(1974) menunjukkan bahwa hanya 35% arsen anorganik terlarut dalam air hujan. Di
lokasi tercemar, kadar As di udara ambien kurang dari satu gram per meter kubik
(Peirson, et al 1974; Johnson & Braman, 1975).
c) Air
Beberapa
tempat di bumi mengandung arsen yang cukup tinggi sehingga dapat merembes ke
air tanah. Kebanyakan wilayah dengan kandungan arsen tertinggi adalah daerah
aluvial yang merupakan endapan lumpur sungai dan tanah dengan kaya bahan
organik. Arsenik dalam air tanah bersifat alami dan dilepaskan dari sedimen ke
dalam air tanah karena tidak adanya oksigen pada lapisan di bawah permukaan
tanah.
Arsen
terlarut dalam air dalam bentuk organik dan anorganik (Braman, 1973; Crecelius,
1974). Jenis arsen bentuk organik adalah methylarsenic acid dan methylarsenic
acid, sedang anorganik dalam bentuk arsenit dan arsenat. Arsen dapat ditemukan
pada air permukaan, air sungai, air danau, air sumur dalam, air mengalir, serta
pada air di lokasi di mana terdapat aktivitas panas bumi (geothermal).
d) Biota
Penyerapan
ion arsenat dalam tanah oleh komponen besi dan aluminium, sebagian besar
merupakan kebalikan dari penyerapan arsen pada tanaman (WaIlsh, 1977). Kandungan
arsen dalam tanaman yang tumbuh pada tanah yang tidak tercemari pestisida
bervariasi antara 0,01-5 mg/kg berat kering (NAS, 1977). Tanaman yang tumbuh
pada tanah yang terkontaminasi arsen selayaknya mengandung kadar arsen tinggi,
khususnya di bagian akar (Walsh & Keene, 1975; Grant & Dobbs, 1977).
Beberapa rerumputan yang mengandung kadar arsen tinggi merupakan
petunjuk/indikator kandungan arsen dalam tanah (Porter & Peterson, 1975).
Selain itu, ganggang laut dan rumput laut juga umumnya mengandung sejumlah
kecil arsen.
2. Produksi dalam Industri
Berdasarkan data yang digunakan dari Biro
Pertambangan Amerika Serikat (Nelson, 1977), dapat diperkirakan bahwa total
produksi senyawa arsen di dunia mulai tahun 1975 sekitar 600.000 ton.
Negara-negara produser utama adalah: China, Peru, Swedia, USA dan USSR.
Negara-negara tersebut mampu mencukupi sampai 90% produk dunia. Arsen trivalen
adalah basis utama industri kimia arsen dan merupakan produk samping dalam
pelelehan bijih tembaga dan timah hitam.
3. Penggunaan Senyawa Arsen
Arsen banyak digunakan dalam berbagai bidang, yaitu
salah satunya dalam bidang pertanian. Di dalam pertanian, senyawa timah
arsenat, tembaga acetoarsenit, natrium arsenit, kalsium arsenat dan senyawa
arsen organik digunakan sebagai pestisida.
Sebagian tembakau yang tumbuh di Amerika Serikat,
perlu diberi pestisida yang mengandung arsen untuk mengendalikan serangga yang
menjadi hama tanaman tersebut selama masa pertumbuhannya. Tembakau ini akan
digunakan sebagai bahan baku pembuatan rokok.
E.
Mekanisme terjadinya toksisitas
Mekanisme Masuknya Arsen dalam
tubuh manusia umumnya melalui oral, dari makanan/minuman. Arsen yang tertelan
secara cepat akan diserap lambung dan usus halus kemudian masuk ke peredaran
darah (Wijanto, 2005).
Arsen adalah racun
yang bekerja dalam sel secara umum.Hal tersebut terjadi apabila arsen terikat
dengan gugus sulfhidril (-SH), terutama yang berada dalam enzim.Salah satu
system enzim tersebut ialah kompleks.piruvat dehidrogenase yang berfungsi untuk
oksidasi dekarboksilasi piruvat menjadi Co-A dan CO2 sebelummasuk
dalam siklus TOA (tricarbocyclic acid). Dimana enzim tersebut terdiri dari
beberapa enzim dan kofaktor.Reaksi tersebut melibatkan transasetilasi yang
mengikat koenzim A(CoA-SH) untuk membentuk asetil CoA dan dihidrolipoil-enzim,
yang mengandung dua gugus sulfhidril.Kelompok sulfhidril sangat berperan
mengikat arsen trivial yang membentuk kelat.kelat dari dihidrofil-arsenat dapat
menghambat reoksidasi dari kelompok akibatnya bila arsen terikat dengan system enzim,
akan terjadi akumulasi asam piruvat dalam darah.
Arsenat juga
memisahkan oksigen dan fosfolirasi pada fase kedua dariglikolosis dengan jalan
berkompetisi dengan fosfat dalama reaksi gliseraldehid dehidrogenase.Dengan
adanya pengikatan arsenat reaksi gliseraldehid-3-fosfat, akibatnya tidak
terjadi proses enzimatik hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan tidak
memproduksi ATP.Selama Arsen bergabung dengan gugus –SH,maupun gugus –SH yang
terdapat dalam enzim,maka akan banyak ikatan As dalam hati yang terikat sebagai
enzim metabolic.Karena adanya protein yang juga mengandung gugus –SH terikat
dengan As, maka hal inilah yang meneyebbkan As juga ditemukan dalam rambut,
kuku dan tulang.Karena eratnya As bergabung dengan gugus –SH, maka arsen masih
dapat terdeteksi dalam rambut dan tulang bebrapa tahun kemudian.
F.
Gejala toksisitas arsen
1.
Toksisitas Akut
Toksisitas akut arsen biasanya memperlihatkan
gejala sakit perut, gejala tersebut disebabkan oleh adanya vasodilatasi
(pelebaran pembuluh darah) yang akan mengakibatkan terbentuknya vesikel (lepuh)
pada lapisan submukose lambung dan usus. Gangguan tersebut mengakibatkan rasa
mual, muntah, diare (kadang bercampur darah) dan sakit perut yang sangat. Bau
napas seperti bawang putih, diare profus menyebabkan banyak cairan tubuh keluar
sehingga menyebabkan gejala hipontesi. Terjadinya diare profus menyebabakan
banyak larutan protein terbuang keluar tubuh,sehingga mengakibatkan usus ridak
berfungsi normal (enteropati). Arsen juga dapat menyebabkan peningkatan
aktivitas mitotik pada sel hati. Gas arsenik dapat mengakibatkan hemolisis
dalam waktu 3-4 jam dan mengakibatkan nekrosis tubulus ginjal akut sehingga
terjadi kegagalan ginjal.
Tanda-tanda toksisitas As yang akut juga
terlihat jelas ialah dengan ditemukannya gejala rambut rontok kebotakan
(alopesia) , tidak berfungsinya saraf tepi yang ditandai dengan kelumpukan
anggota gerak bagian bawah,kaki lemas,persendian tangan lumpuh, dan daya reflex
menurun
2.
Toksisitas kronis
Terjadinya toksisitas kronis
biasanya melibatkan sejumlah populasi penduduk yang tinggal dalam suatu
kawasan pencemarn lingkungan oleh arsen dari limbah industri pestisida,
pabrik kertas, bubur pulp dan sebagainya. Epidemiologi penyakit toksisitas
arsen kronis terjadi pada sebuah populasi penduduk di Bangladesh yang
mengonsumsi air tanah yang mengandung arsen.
Konsentrasi arsen dalam air
tanah pada daerah tersebut dapat mencapai 10 sampai 1820 mg/l. Gejala akan
timbul dalm waktu 2 sampai 8 minggu sejak penderita mulai mengonsumsi air yang
terkontaminasi tersebut. Gejala yang jelas terlihat adalah adanya kelainan pada
kulit dan kuku, terciri dengan adanya hyperkeratosis, hiperpigmentasi,
dermatitis dengan terkelupasnya kulit dan adanya warna putih pada
persambungan kulit dan kuku.
Toksisitas As kronik juga
dapat meningkatkan penyebab risiko terjadinya kanker pada kulit, paru-paru,
hati (liver-angiosarkoma), kantung kencing, ginjal, dan kolon. Beberapa
kelompok peneliti menyatakan bahwa keracunan kronis A dapat menyebabkan
hepatotoksik hidroarsenicisme (karena mengonsumsi air minum yang terkontaminasi
As), hal tersebut terjadi setelah 1-15 tahun sejak mengonsumsi air tersebut.
Hepatomegali (pembesaran hati) terjadi pada 76,7% dari 248 pasien yang dirawat
karena kasus toksisitas kronis As ini.
Pada pemeriksaan laboratorium
ditemukan gejala kerusakan hati ditandai dengan kolestasis, hiperbilirubinemia
dan peningkatan aktivitas enzim alkaline fosfatase yang disertai dengan
tingginya konsentrasi arsenik dalam urine.
Gangguan saraf perifer akan
mulai terlihat pada fase lanjut.Saraf kaki akanlebih parah dari pada saraf
tangan , menyebabkan kulumpuhan pada saraf motorik dan sensorik.Terlihat
kecenderungan terjadinya ulcer (borok) dalam saluran pencernaan, hepatitis
kronis, dan sirosis.
Pada pemeriksaan darah tepi
terlihat adanya pansitopeni (sel darah berkurang),terutama neutropeni (sel
darah putih menurun).produksi sel darah merah berhenti dan adanya gambaran
basophilic stippling.Anemia yang ada hubungannya dengan defisiensi asam folat
juga terlihat.
Pada penelitian epidemiologi,
nyata hubungan antara toksisitas kronis dari arsen trivial dan arsen pentavalen
dengan ditemukannya kasus kanker paru,kanker limfa, dan kanker kulit.
BAB III
METODE
PRAKTIKUM
Metode : Kolorimetri
A. Alat dan Bahan
Alat
1.
Neraca
Analitik
2.
Sendok
3.
Mortal
dan Alu
5.
Botol
sampel
6.
Botol
arsenic tes
Bahan
1. Sampel (Udang)
2. Aquades
3.
Reagen
Arsen
4.
Aluminium
foil
5.
Strip
sampel
B. Prosedur Kerja
1.
Siapkan
alat dan bahan
2.
Ambil
aluminium foil lalu letakkan sampel diatasnya
3.
Simpan
aluminium foil diatas neraca analitik lalu timbang hingga sampel mencapai 10
gram.
4.
Setelah
ditimbang, pindahkan sampel ke mortal lalu tumbuk sampel dengan menggunakan alu hingga halus. Tambahkan aquades untuk mempercepat proses penumbukan
5.
Pindahkan
sampel ke beacker glass sebanyak 50 ml
6.
Tuang
sampel yang berada di beacker glass ke dalam botol sampel sebanyak 5 ml
7.
Tambahkan
reagen Arsen 1 sebanyak 1 sendok, lalu homogenkan
8.
Tambahkan
reagen Arsen 2 sebanyak 1 sendok, lalu homogenkan
9.
Setelah
sampel dan reagen tercampur, pindahkan sampel ke botol arsenic te.
10.
Masukkan
strip arsen lalu jepitkan di botol.
11.
Tunggu
20 menit, hingga strip arsen berubah warna atau tetap berwarna putih
12.
Bersihkan
dan simpan alat pada tempatnya.
BAB IV
HASIL DAN ANALISA HASIL
A. Hasil
Nama
pengambil : Andi Dala
Aprilla
Alamat
Pengambil : Jln. Rappocini
Raya, Lr. 9D, No. 4
Waktu
Pengambil : 09.30 Wita
Tanggal
Pengambil : 1 April 2017
Lokasi
Pengambil : Jln. Rappocini
Raya
Tujuan
Pemeriksaan : Pemeriksaan Arsen
(As)
Hasil
yang diperoleh dari pemeriksaan arsen pada udang yaitu 0 mg/l atau setara
dengan 0 mg/kg.
B. Analisa
Hasil
Berdasarkan
hasil yang diperoleh dari pemeriksaan Arsen (As) pada udang didapatkan
kadar Arsen yaitu 0 mg/l atau setara dengan 0 mg/kg. Menurut PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor HK.00.06.1.52.4011 batas maksimum cemaran logam berat dalam
makanan pada udang yaitu 1,0 mg/kg. Hal ini udang yang di periksa diperbolehkan
untuk dikomsumsi. Beberapa tempat di bumi mengandung arsen yang cukup
tinggi sehingga dapat merembes ke air tanah. Kebanyakan wilayah dengan kandungan
arsen tertinggi adalah daerah aluvial yang merupakan endapan lumpur sungai dan
tanah dengan kaya bahan organik. Arsenik dalam air tanah bersifat alami dan
dilepaskan dari sedimen ke dalam air tanah karena tidak adanya oksigen pada
lapisan di bawah permukaan tanah.
Gejala
toksisitas arsen dapat berupa akut dan kronis. Toksisitas akut arsen biasanya
memperlihatkan gejala sakit perut, gejala tersebut disebabkan oleh adanya
vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) yang akan mengakibatkan terbentuknya
vesikel (lepuh) pada lapisan submukose lambung dan usus. Gangguan tersebut
mengakibatkan rasa mual, muntah, diare (kadang bercampur darah) dan sakit perut
yang sangat. Gejala toksisitas kronis yang jelas terlihat adalah adanya kelainan
pada kulit dan kuku, terciri dengan adanya hyperkeratosis, hiperpigmentasi,
dermatitis dengan terkelupasnya kulit dan adanya warna putih pada
persambungan kulit dan kuku. Toksisitas As kronik juga dapat meningkatkan
penyebab risiko terjadinya kanker pada kulit, paru-paru, hati
(liver-angiosarkoma), kantung kencing, ginjal, dan kolon.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil yang diperoleh dari pemeriksaan Arsen (As) pada udang didapatkan
kadar Arsen yaitu 0 mg/l atau setara dengan 0 mg/kg. Menurut PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor HK.00.06.1.52.4011 batas maksimum cemaran logam berat dalam
makanan pada udang yaitu 1,0 mg/kg. Hal ini udang yang di periksa diperbolehkan
untuk dikomsumsi.
B. SARAN
1. Penulis
berharap agar masyarakat dengan cerdas dapat memilih makanan yang baik dan
tidak baik dikonsumsi.
2. Penulis
berharap ketika melakukan proses pemeriksaan arsen, harus menggunakan APD.
Komentar
Posting Komentar